Jumat, 25 April 2014

INDONESIA OH INDONESIA

0 komentar




Wajib Sebar!!
Biar Rakyat Indonesia Tahu & Berubah Ke Arah Lebih Baik ! Tunjukan pada Dunia & Guncangkan...! Kalo perlu mention/kasih tau ke presiden kita dan para pejabat/pemimpin negri ini, biar mereka tau dan MIKIR...!
TAHUKAH ANDA JIKA EMAS DI IRIAN DIBAGI RATA RAKYAT INDONESIA, AKAN KEBAGIAN TIGA TON SETIAP JIWA ???
Negara Terkaya di Dunia Itu Ternyata adalah Indonesia. Banyak sebenarnya yang tidak tahu di manakah negara terkaya di planet bumi ini, ada yang mengatakan Amerika, ada juga yang mengatakan negera-negara di timur tengah. tidak salah sebenarnya, contohnya Amerika. negara super power itu memiliki tingkat kemajuan teknologi yang hanya bisa disaingi segelintir negara, contoh lain lagi adalah negara-negara di timur Tengah.
Rata-rata negara yang tertutup gurun pasir dan cuaca yang menyengat itu mengandung jutaan barrel minyak yang siap untuk diolah. tapi itu semua belum cukup untuk menyamai negara yang satu ini. bahkan Amerika, Negara-negara timur tengah serta Uni Eropa-pun tak mampu menyamainya.
Dan inilah negara terkaya di planet bumi yang luput dari perhatian warga bumi lainya. warga negara ini pastilah bangga jika mereka tahu. tapi sayangnya mereka tidak sadar "berdiri di atas berlian" langsung saja kita lihat profil negaranya.
Wooww… Apa yang terjadi? apakah penulis (saya) salah? tapi dengan tegas saya nyatakan bahwa negara itulah sebagai negara terkaya di dunia. tapi bukankah negara itu sedang dalam kondisi terpuruk? hutang dimana-mana, kemiskinan, korupsi yang meraja lela, kondisi moral bangsa yang kian menurun serta masalah-masalah lain yang sedang menyelimuti negara itu.
baiklah mari kita urai semuanya satu persatu sehingga kita bisa melihat kekayaan negara ini sesungguhnya.
1. Negara ini punya pertambangan emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia. namanya PT Freeport.
Apa saja kandungan yang di tambang di Freeport? ketika pertambangan ini dibuka hingga sekarang, pertambangan ini telah mengasilkan 7,3 JUTA ton tembaga dan 724,7 JUTA ton emas. saya (penulis= suranegara) mencoba meng-Uangkan jumlah tersebut dengan harga per gram emas sekarang, saya anggap Rp. 300.000. dikali 724,7 JUTA ton emas/ 724.700.000.000.000 Gram dikali Rp 300.000. = Rp.217.410.000.000.000.000.000 Rupiah!!!!! ada yang bisa bantu saya cara baca nilai tersebut? itu hanya emas belum lagi tembaga serta bahan mineral lain-nya. Seharusnya nama kota di sana itu bukan Tembagapura tapi Emaspura.
Lalu siapa yang mengelola pertambangan ini? bukan negara ini tapi AMERIKA! prosentasenya adalah 1% untuk negara pemilik tanah dan 99% untuk amerika sebagai negara yang memiliki teknologi untuk melakukan pertambangan disana. bahkan ketika emas dan tembaga disana mulai menipis ternyata dibawah lapisan emas dan tembaga tepatnya di kedalaman 400 meter ditemukan kandungan mineral yang harganya 100 kali lebih mahal dari pada emas, ya.. dialah URANIUM! bahan baku pembuatan bahan bakar nuklir itu ditemukan disana. belum jelas jumlah kandungan uranium yang ditemukan disana, tapi kabar terakhir yang beredar menurut para ahli kandungan uranium disana cukup untuk membuat pembangkit listrik Nuklir dengan tenaga yang dapat menerangi seluruh bumi hanya dengan kandungan uranium disana. Freeport banyak berjasa bagi segelintir pejabat negeri ini, para jenderal dan juga para politisi busuk, yang bisa menikmati hidup dengan bergelimang harta dengan memiskinkan bangsa ini.
2. Negara ini punya cadangan gas alam TERBESAR DI DUNIA! tepatnya di Blok Natuna.
Berapa kandungan gas di blok natuna? Blok Natuna D Alpha memiliki cadangan gas hingga 202 TRILIUN kaki kubik!! dan masih banyak Blok-Blok penghasil tambang dan minyak seperti Blok Cepu dll. DIKELOLA SIAPA? EXXON MOBIL! dibantu sama Pertamina.
3. Negara ini punya Hutan Tropis terbesar di dunia. hutan tropis ini memiliki luas 39.549.447 Hektar, dengan keanekaragaman hayati dan plasmanutfah terlengkap di dunia.
Letaknya di pulau Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi dan. sebenarnya jika negara ini menginginkan kiamat sangat mudah saja buat mereka. tebang saja semua pohon di hutan itu makan bumi pasti kiamat. karena bumi ini sangat tergantung sekali dengan hutan tropis ini untuk menjaga keseimbangan iklim karena hutan hujan Amazon tak cukup kuat untuk menyeimbangkan iklim bumi. dan sekarang mereka sedikit demi sediki telah mengkancurkanya hanya untuk segelintir orang yang punya uang untuk perkebunan dan lapangan Golf. sungguh sangat ironis sekali.
4. Negara ini punya Lautan terluas di dunia. dikelilingi dua samudra, yaitu Pasific dan Hindia hingga tidak heran memiliki jutaan spesies ikan yang tidak dimiliki negara lain.
Saking kaya-nya laut negara ini sampai-sampai negara lain pun ikut memanen ikan di lautan negara ini.
5. Negara ini punya jumlah penduduk terbesar ke 4 didunia. dengan jumlah penduduk segitu harusnya banyak orang-orang pintar yang telah dihasilkan negara ini, tapi pemerintah menelantarkan mereka-mereka. sebagai sifat manusia yang ingin bertahan hidup tentu saja mereka ingin di hargai. jalan lainya adalah keluar dari negara ini dan memilih membela negara lain yang bisa menganggap mereka dengan nilai yang pantas.
6. Negara ini memiliki tanah yang sangat subur. karena memiliki banyak gunung berapi yang aktif menjadikan tanah di negara ini sangat subur terlebih lagi negara ini dilintasi garis katulistiwa yang banyak terdapat sinar matahari dan hujan.
Jika dibandingkan dengan negara-negara timur tengah yang memiliki minyak yang sangat melimpah negara ini tentu saja jauh lebih kaya. coba kita semua bayangkan karena hasil mineral itu tak bisa diperbaharui dengan cepat. dan ketika seluruh minyak mereka telah habis maka mereka akan menjadi negara yang miskin karena mereka tidak memiliki tanah sesubur negara ini yang bisa ditanami apapun juga. bahkan tongkat kayu dan batu jadi tanaman.
7. Negara ini punya pemandangan yang sangat eksotis dan lagi-lagi tak ada negara yang bisa menyamainya. dari puncak gunung hingga ke dasar laut bisa kita temui di negara ini.
Negara ini sangat amat kaya sekali, tak ada bangsa atau negara lain sekaya INDONESIA! tapi apa yang terjadi ? Kekayaan Alam Indonesia tdk seirama dgn kehidupan Rakyatnya yang miskin,terpuruk,melarat tak berdaya...
Oleh Sebab itu, Untuk EXXON MOBIL OIL, FREEPORT, SHELL, PETRONAS dan semua PEJABAT NEGARA yang menjual kekayaan Bangsa untuk keuntungan negara asing, diucapkan TERIMA KASIH.
Dan rasa terima kasih KAMI untuk Kemerdekaan Indonesia yang ke 67 tahun, kami pemuda-pemudi Indonesia memberikan penghargaan sebesar-besarnya kepada pejuang yang telah mengorbankan darah dan air mata mereka untuk bangsa ini..Pengorbanan kalian telah di sia-siakan oleh para Pemimpin yang hanya mementingkan keluarga,perut,& Partainya sendiri,Rakyat baru di tengok ketika PEMILU tinggal hitung Hari dengan mengharap suara & dukungan mereka...namun Ketika PEMILU usai,maka Rakyat kembali dicampakkan & kembali terjadi kesenjangan antara si kaya & si miskin,si kaya makin kaya & si miskin makin miskin...Para pejabat pemerintah makin kaya & rakyat makin miskin dibuatnya...kekayaan Alam Indonesia akhirnya kembali dinikmati oleh segelintir orang khusunya para pejabat,aparatur negara & Pihak Asing..Namun Rakyat hanya mendapatkan janji kosong berbuah dusta & kebohongan berbalut penderitaan ...
AKANKAH DISERAHKAN KEPADA PEMIMPIN DARI RAS KORUPTOR DAN PARTAI KORUPTOR ?... bisa-bisa NEGARA DAN PEMERINTAHANYA DIPRIVATISASI !!!!
NUSANTARA MILIK KITA SEMUA ! Let's Go 1234
Semoga negara ini cepet-cepet dipimpin oleh pemimpin yang bagus.
Aamiin.
Penulis : Seorang Nasionalis dan WNI
Sumber: FB

Rabu, 02 April 2014

Analisis Struktural Genetik Pementasan Drama Putri Mandalika

0 komentar

               ANALISIS STRUKTURAL GENETIK  PEMENTASAN DRAMA 

                                                   “PUTRI MANDALIKA”

1.     
Pengantar
           
        Kegiatan mengapresiasi dan mengekspresikan suatu pementasan drama tidak dibatasi, siapapun boleh melakukannya, terutama bagi para pelajar yang menjadi generasi penerus bangsa. Namun wujud dari apresiasi yang dicipratkan setiap individu pastilah berbeda-beda, bergantung dari luasnya pemahaman serta wawasan individu itu sendiri. Pemahaman terhadap pementasan teater yang mencerminkan realitas sosial, tak luput pula dengan pengasupan pemahaman baru bagi masyarakat, mengingat bahwa teater ini bersifat kolektif.
            Apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra (drama) secara sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan, pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (drama) (Effendi, 2002).  Merujuk dari definisi di atas, apresiasi drama ialah kegiatan menggauli pementasan drama secara mendalam, baik dengan menggunakan metode dalam teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli, sehingga menemukan pemahaman-pemahaman yang yang tersirat dalam pementasan tersebut.
            Suatu karya sastra tercipta lebih merupakan hasil pengalaman, pemikiran, refleksi, dan rekaman budaya pengarang terhadap sesuatu hal yang terjadi dalam dirinya sendiri, dan masyarakat. Strukturalisme genetik (genetic structuralism) adalah cabang penelitian sastra secara struktural yang tak murni. Ini merupakan bentuk penggabungan antara struktural dengan metode penelitian sebelumnya. Konvergensi (keadaan menuju satu titik pertemuan) penelitian struktural dengan penelitian yang memperhatikan aspek-aspek eksternal sastra, dimungkinkan lebih demokrat (Endraswara Suwardi, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta, 2003 : 55).
            Naskah-naskah dalam pementasan drama tidak lain adalah sebuah karya sastra. Pementasan teater merupakan cerminan dari kehidupan manusia, di dalamnya terkandung pesan-pesan bagi penikmatnya.  Pementasan teater merupakan bentuk visualisasi dari pada teks sastra atau gagasan, dan pada hakikatnya karya sastra itu tidak lahir dari kekosongan. Karya sastra merupakan bagian dari masyarakat. Nilai-nilai serta pandangan yang membahana dalam ruang-ruang kehidupan mempengaruhi suatu karya sastra. Dalam karya sastra pun tertuang pandangan-pandangan pengarang terhadap kondisi sosial pada masa tertentu. Segala pandangan yang dicuatkan oleh pengarang melalui karyanya bisa searah dengan paradigma yang dianut oleh halayak, dan bisa pula mendongkrak sebuah sisi yang tersirat dibalik sebuah paradigma tersebut.
            Menurut Semi (1984: 2) Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.  Berkaitan dengan definisi di atas, sebagaimana drama dan teater merupakan bagian dari karya sastra yang mengulas lapis-lapis kehidupan-kehidupan manusia beserta segelintir problema-problema yang mengekori alur kehidupan manusia. Dalam pertunjukan teater terpampang watak-watak tiap tokoh yang akan mewakili akan menggambarkan konflik-konflik sosial yang ada dalam masyarakat.
Naskah “Puteri Mandalika” yang yang dipentaskan oleh beberapa mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Mataram merupakan naskah yang diangkat dari cerita rakyat Lombok Tengah. Dari  pementasan tersebut, mahasiswa lainnya bertugas untuk menganalisis muatan-muatan yang disampaikan dalam cerita tersebut.
            Para kreator menerapkan teknik serta seni yang berbeda-beda dalam menjajakkan cerita. Seperti halnya dalam pementasan drama “Putri Mandalika”, Jika kita memasuki dunia pementasan drama “Puteri Mandalika”, di sana tergambar realita-realita sosial yang kini mencuat di negeri kita. Penyusun naskah mengkreasikan cerita aslinya yang sebenarnya bercorak legenda ke dalam nuansa yang agak kocak dan modern, namun tetap mengandung nilai yang sama. Di sana digambarkan maraknya antusiasme jiwa-jiwa yang mengacungkan diri untuk menjadi penguasa, akan tetapi sebagian besar mereka tertarik karena sebatas ingin menggenggam kekuasaan saja, bukan karena hasutan hati nurani mereka untuk memakmurkan rakyat. Pengarang menyampaikan bahwa ambisi dan hasutan  bukanlah alasan yang tepat untuk dijadikan landasan utama dalam menjadi pemimpin rakyat, semua itu hanya berarti bahwa tujuan orang tersebut menjadi pemimpin hanya sekedar ingin memijak mimbar kekuasaan belaka, bukan untuk melindungi rakyat, akan tetapi rasa cinta yang tulus terhadap negerilah yang mampu menhidupkan dan memakmurkan rakyat.
            Penikmat diharapkan memperoleh pesan-pesan yang disampaikan dalam suatu pementasan, tidak hanya sekedar menyaksikan dan menjadikan sarana hiburan dan pengisi waktu saja. Untuk mengetahui muatan-muatan dalam pementasan tersebut, penulis menganalis  pementasan tersebut menggunakan tuntunan metode analisis teori struktural genetik, untuk menilik bagaimana pengunggahan fakta kemanusiaan, subjek kolektif , strukturasi, pandangan dunia serta pemahaman dan penjelasannya.
            Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk Mendeskripsikan struktur intrinsik, mendeskripsikan genetika, mendeskripsikan pandangan dunia, pengarang dan subjek kolektif dalam pertunjukan “Putri Mandalika”




      2.      Pendekatan
-          Definisi Istilah
            Jika dilihat dari asal katanya, teater ini berasal dari bahasa Yunani “theatron” yang artinya adalah gedung pertunjukan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teater merupakan gedung atau ruangan tempat pertunjukan film, sandiwara, dan sebagainya.
Pada dasarnya teater memiliki ikatan yang kuat dengan drama, sebab teater ialah kegiatan memvisualisasikan suatu teks drama. Dalam teater terdapat pemain-pemain yang akan memerankan tokoh-tokoh dalam naskah drama yang telah ditentukan oleh sutradara, pertunjukan tersebut dipentaskan secara eksklusif di depan para penontonnya, pertunjukan bisa berlangsung di dalam gedung, maupun di luar gedung. Teater merupakan kegiatan merealisasikan fiktif oleh manusia dengan menggunakan diri atau tubuhnya sebagai pelakon yang didasari dari sebuah teks drama, yang diunjukkan dalam sebuah tempat pertunjukan, yang menggunakan  suara, gerak, dan dukungan instrumen pengiring. Teater menggambarkan kehidupan manusia melalui dialog, emosi dan adegan dalam pementasan.
Teater merupakan realitas fiktif, maksudnya bahwa teater ini merupakan sebuah pertunjukan yang diangkat dari sebuah naskah atau teks sastra yang dilakoni langsung di depan penonton. para aktor memainkan kisah lakon di atas pentas. Tugas aktor dalam hal ini adalah mengkomunikasikan ide serta gagasan pengarang secara hidup kepada penonton. Proses ini melibatkan banyak orang yaitu, sutradara sebagai penafsir pertama ide dan gagasan pengarang, aktor sebagai komunitakor, penata artsitik sebagai orang yang mewujudkan ide dan gagasan secara visual serta penonton sebagai komunikan. Teater terkadang juga disebut “drama” atau “sandiwara”. Kata drama berasal dari bahasa Yunani “dram” yang berarti “gerak”, sedangkan kata sandiwara secara etimologis berasal dari kata “sandi” (Jawa), yang berarti “rahasia” dan “warah” yang berarti “ajaran”. Sandiwara secara terminologis berarti “ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan”.
Dibandingkan dengan istilah teater, istilah drama lebih mencuat daripada istilah teater. Hal ini dikarenakan penggunaan  sebuah naskah drama di dalam pertunjukan teater. Dalam arti sempit, teater ialah drama yang dilakoni di atas tempat pertunjukan yang berpatokan dari naskah drama dan disaksikan langsung oleh penonton. Sedangkan dalam arti luas, teater adalah segala jenis tontonan yang ditunjukkan langsung di depan penonton. Sebenarnya   istilah   teater   merujuk   pada   gedung   pertunjukan, sedangkan   istilah   drama   merujuk   pada   pertunjukannya,   namun   kini kecenderungan  orang  untuk  menyebut  pertunjukan  drama  dengan  istilah teater.

-          Landasan Teoritis

            Strukturalisme genetik ditemukan oleh Lucien Goldman, seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis. Teori tersebut dikemukakan dalam bukunya yang berjudul The Hidden God: a Study of Tragic Vision in the Pencees of Pascal and the Tragedies of Racine, dalam bahasa Perancis terbit pertama kali tahun 1956. Strukturalisme genetik mencoba untuk memperbaiki kelemahan pendekatan Strukturalisme, yaitu dengan memasukkan faktor genetik di dalam memahami karya sastra. Strukturalisme Genetik sering juga disebut strukturalisme historis, yang menganggap karya sastra khas dianalisis dari segi historis. Goldmann bermaksud menjembatani jurang pemisah antara pendekatan strukturalisme (intrinsik) dan pendekatan sosiologi (ekstrinsik).
            Goldmann berpendapat bahwa struktur yang dipercayainya terdapat dalam karya sastra bukanlah struktur yang statis, melainkan hasil dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturisasi dan destrukturisasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal karya sastra yang bersangkutan (Faruk: 1999-12).
            Menurut Nyoman Khuta Ratna , Strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-usul  karya. Secara ringkas  strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis instrinsik dan ekstrinsik. Secara definitif, menjelaskan lebih lanjut bahwa strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-usul teks sastra. Pencetus teori ini percaya bahwa sebuah karya adalah struktur yang hidup, merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal sebuah karya.
Menurut Faruk (2010: 56) konsep dasar yang turut membangun teori strukturalisme genetik adalah fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, serta pemahaman dan penjelasan. Konsep-konsep dasar itu berperan untuk membangun sebuah karya sastra. Lingkungan sekitar merupakan objek yang bisa dikembangkan oleh seorang pengarang dalam menghasilkan sebuah karya sastra.
Strukturalisme genetik merupakan teori yang menekankan adanya pemahaman bahwa individu bukanlah makhluk yang bebas. Tapi paham teori ini menekankan kenyataan individu tetaplah pendukung kelas-kelas sosial yang dalam masyarakat sehingga teks sastra dianggap sebuah representasi institusi sosial yang dapat berubah dan sarat pertentangan kelas (Taum dalam Wahedi, 2010: 13).  Strukturalisme genetik memahami segala sesuatu di dalam dunia ini, termasuk karya sastra sebagai struktur. Karena itu usaha strukturalisme genetik memahami karya sastra secara niscaya terarah pada usaha untuk menemukan struktur karya itu (Hudayat, 2007: 62).
Menurut Faruk (1999:13), strukturalisme genetik adalah teori sastra yang berkeyakinan bahwa karya sastra tidak semata-mata merupakan suatu struktur yang statis dan lahir dengan sendirinya, melainkan merupakan hasil strukturasi struktur kategoris pikiran subyek penciptanya atau subyek kolektif tertentu yang terbangun akibat interaksi antara subjek itu dengan situasi sosial dan ekonomi tertentu.
Menurut Faruk, (1999:12), fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia, baik yang verbal maupun fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Aktivitas atau perilaku manusia harus menyesuaikan kehidupan dengan lingkungan sekitar. Individu-individu berkumpul membentuk suatu kelompok masyarakat. Dengan kelompok masyarakat manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk beradabtasi dengan lingkungan. Goldmann (dalam Faruk, 1999:13), menganggap bahwa manusia dan lingkungan sekitarnya selalu berada dalam proses strukturasi timbal balik yang saling bertentangan tetapi yang sekaligus saling isi-mengisi. Oleh karena itu, fakta kemanusiaan merupakan struktur yang bermakna. Menurut Endraswara (2003:55) semua aktivitas manusia merupakan respon dari subjek kolektif atau individu dalam situasi tertentu yang merupakan kreasi untuk memodofikasi situasi yang ada agar cocok dengan aspirasi, sehingga dalam hal ini manusia memiliki kecenderungan untuk berperilaku alami karena harus menyesuaikan dengan alam semesta dan lingkungannya. Oleh karenanya, fakta kemanusiaan dapat bersifat individu atau sosial. Menurut Damono (1979:43),  untuk menelaah fakta-fakta kemanusiaan baik dalam strukturnya yang esensial maupun dalam kenyataannya yang kongkrit membutuhkan sutau metode yang serentak bersifat sosiologis dan historis. Dengan fakta kemanusiaan dapat diketahui bahwa sastra merupakan cermin dari berbagai segi struktur sosial maupun hubungan kekeluargaan.
Subjek kolektif merupakan bagian dari fakta kemanusiaan selain subjek individual. Fakta kemanusiaan muncul karena aktivitas manusia sebagai subjek. Pengarang adalah subjek yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Oleh karenanya di dalam masyarakat terdapat fakta kemanusiaan. Semua gagasan pengarang dapat dikatakan sebagai perwakilan dari kelompok sosial. Oleh sebab itu pengkajian  terhadap karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan pengarang untuk mendapat makna yang menyeluruh. Menurut Juhl (dalam Iswanto, 2001:60) bahwa penafsiran terhadap karya sastra yang mengabaikan pengarang sebagai pemberi makna akan sangat berbahaya, karena penafsiran tersebut akan mengorbankan ciri khas, kepribadian, cita-cita, juga norma-norma yang dipegang teguh oleh pengarang tersebut dalam kultur sosial tertentu. Subjek kolektif adalah kumpulan individu-individu yang membentuk satu kesatuan beserta aktivitasnya. Goldmann (dalam Faruk, 1999:15) menspesifikasikannya sebagai kelas sosial dalam pengertian marxis, sebab baginya kelompok itulah yang terbukti dalam sejarah sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan dan yang telah mempengaruhi perkembangan sejarah umat manusia.
Mengenai konsep pandangan dunia, Goldmann  mengembangkan konsep mengenai pandangan dunia yang dapat terwujud dalam karya sastra dan filsafat. Menurutnya, struktur kategoris yang merupakan kompleks menyeluruh gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok sosial yang lain disebut pandangan dunia (Faruk, 1999a:12). menurut Goldmann, struktur kemaknaan itu merupakan struktur global yang bermakna dan mewakili pandangan dunia (vision du monde, world vision). Penulis tidak sebagai individu, tetapi mewakili golongan (kelas) masyarakat (Satoto, 1986:175). Pada gilirannya pandangan dunia itulah yang menghubungkan karya sastra dengan kehidupan masyarakat. Latar belakang sejarah, zaman dan sosial masyarakat turut mengkondisikan terciptanya karya sastra baik dari segi isi atau segi bentuk dan strukturnya. Hal ini desebabkan oleh kenyataan bahwa pandangan dunia itu sendiri oleh Strukturalisme Genetik dipandang sebagai produk dari hubungan antara kelompok sosial yang memilikinya dengan situasi sosial dan ekonomi pada saat tertentu (Goldmann dalam Faruk, 1999:13).
Goldmann (dalam Suwardi Endraswara, 2003:57) berpendapat, karya sastra sebagai struktur bermakna itu akan mewakili pandangan dunia (vision du monde) penulis, tidak sebagai individu melainkan sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa strukturalisme genetik merupakan penelitian sastra yang menghubungkan antara struktur sastra dengan struktur masyarakat melalui pandangan dunia atau ideologi yang diekspresikannya. Oleh karena itu, karya sastra tidak akan dapat dipahami secara utuh jika totalitas kehidupan masyarakat yang telah melahirkan teks sastra diabaikan begitu saja. Pandangan dunia menurut Goldmann adalah istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial lain. Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomik tertentu yang dihadapi subjek kolektif yang memilikinya.
Langkah-langkah Penelitian dengan Metode Strukturalisme Genetik yang ditawarkan oleh Laurenson dan Swingewood yang disetujui oleh Goldman:
a. Mula-mula diteliti strukturnya untuk membuktikan bagian-bagiannya sehingga terjadi keseluruhan yang padu dan holistik.
b. Penghubungan dengan sosial budaya. Unsur-unsur kesatuan karya sastra yang dihubungkan dengan sosio budaya dan sejarahnya, kemudian dihubungkan dengan struktur mental yang dihubungkan dengan dunia pengarang.
c. Untuk mencapai solusi atau kesimpulan digunakan metode induktif, yaitu metode pencarian kesimpulan dengan jalan melihat premis-premis yang sifatnya spesifik untuk selanjutnya mencari premis general.
Merujuk dari langkah-langkah di atas, maka yang akan dilakukan adalah:
1. Mendeskripsikan struktur intrinsik pertunjukan “Putri Mandalika”
2. Mendeskripsikan genetika pertunjukan “Putri Mandalika”
3. Mendeskripsikan pandangan dunia pengarang dan subjek kolektifnya.



     3.      Hasil Analisis
1.      Kajian Unsur Instrinsik / Bedah Struktur Pertunjukan
-Tema
Menurut penulis, Tema yang diulas dalam pertunjukan “Puteri Mandalika” adalah tentang cinta dan kepemimpinan. Tema digambarkan melalui Sang Puteri yang mencintai rakyatnya. Karena ia begitu mencintai rakyatnya, ia tidak ingin menerima lamaran dari para pangeran manapun, sang puteri tidak ingin menyatkiti hati siapapun, dan menurutnya pangeran-pangeran itu datang untuk memenuhi keinginannya sendiri, bukan untuk rakyat, sedangkan Sang Puteri sangat ingin mencintai untuk menghidupkan dan memakmurkan seluruh rakyat, ia tidak ingin ada pertumpahdarahan lagi di negeri ini. Ia tidak ingin jika ia menerima lamaran salah satu pangeran, maka ia akan menyakiti yang lainnya, dan akan terjadi pertumpahan darah. Ini dapat dilihat dari dialog Sang Puteri “Aku hanya memikirkan bagaimana seluruh manusia di jagat ini bisa berdamai dan saling membantu dalam kehidupan dan cinta. Bukankah manusia itu diciptakan berbeda untuk saling mengenal, saling menenyempurnakan. Bukan saling menaklukkan apalagi saling menaklukan kanda.”  “Aku tidak akan memilih siapapun. Maafkan aku para pangeran yang perkasa, kuharap kalian bisa menjadi pemimpin yang bijak, tanpa harus menaklukkan satu sama lainnya. Maafkan aku bila aku pergi meninggalkan kalian saat ini, namun aku akan hadir setiap tahunnya, karena aku bukan untuk satu pangeran semata, aku adalah untuk kalian semua, aku adalah untuk rakyatku, untuk negeriku…”
“Maafkan aku jika aku mengatakan dirimu egois. Saat aku memintamu untuk memikirkan rakyat, kau justru memikirkan kepentinganmu sendiri. Dimana kelayakanmu menjadi seorang pemimpin sebuah negeri, bila kau hanya memikirkan keinginanmu sendiri?”

-          Tokoh dan Penokohan

1.                  Puteri Mandalika. Puteri Mandalika sebagai tokoh protagonis. Puteri Mandalika dalam pertunjukan ini diperankan oleh lima orang pemain.  Puteri Mandalika berjenis karakter (fisiologi) yang berjenis kelamin perempuan yang cantik jelita. Berjenis karakter (psikologi) yang sangat mencintai rakyatnya dan sangat bijaksana. Hal ini terbukti dari dialog sang Puteri “sebagai seorang raja yang memimpin rakyatnya, sesungguhnya bukan untuk menguasai sesuatu, tetapi justru sebagai pelaksana terhadap apa yang diinginkan oleh rakyatnya, dan sebuah negeri terbentuk bukan untuk mengusai negeri lainnya, tetapi untuk mensejahterakan rakyatnya.”
2.                  Pangeran Sawing. Pangeran Sawing termasuk dalam tokoh deutragonis (mempunyai karakter yang berbentuk flat) karena dari awal hingga akhir pementasan ia tidak menyerah meminta Puteri Mandalika untuk menjadi permaisurinya. Tokoh Pangeran Sawing berjenis karakter (fisiologi) sebagai seorang laki-laki, pangeran muda. Jenis karakter psikologinya sebagai pangeran yang agak lemah lembut. Hal ini terbukti dari dialognya yang tidak begitu keras, dan sesekali ia memohon dengan nada lirih kepada Puteri Mandalika bahwa dia benar-benar mencintai dan ingin mempersunting Puteri Mandalika. Dapat dilihat dalam cuplikan dialognya “Tapi aku sungguh mencintaimu, puteri Mandalika”.
3.                  Pangeran Lipur. Sama halnya dengan Pangeran Sawing, merupakan tokoh deutragonis yang memiliki karakter berbentuk flat, karena dari awal ia masuk hingga akhir sama halnya dengan Pangeran Sawing, bersikukuh ingin mempersunting Puteri Mandalika. Tokoh Pangeran Lipur berjenis karakter (fisiologi) sebagai seorang laki-laki muda, berjenis karakter (psikologi) sebagai seorang pangeran yang gagah perkasa dan keras. Hal ini terlihat dari dialognya “Rupanya kau belum kenal bagaimana keperkasaanku. Apakah aku harus menundukkanmu dengan pedangku ini?”
4.                  Pengawal Pangeran Sawing. Sebagai pengawal  atau yang berpihak pada pangeran Sawing,  mewakili tokoh PangeranSawing, yang dapat dibuktikan melalui dialog antara pangeran Sawing dan Si Pengawal ketika hendak melakukan perlawanan terhadap serangan pengawal pangeran Lipur. “
5.      Pengawal Pangeran Lipur

-          Plot

            Pada pementasan teater Puteri Mandalika, menggunakan alur maju (progresif). Cerita berawal dari kehadiran Pangeran Sawing yang hendak melamar Sang Puteri, lalu hadirnya Pangeran Lipur yang juga berkeinginan mempersunting Sang Puteri, hingga Sang Puteri  pada akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya, agar semua orang bisa mendapatkannya. Jika dilihat dari segi kriteria isinya, dalam pementasan Puteri Mandalika menuangkan pemikiran, perasaan serta keinginan yang ada dalam kehidupan manusia.

-          Setting

            Pada pertunjukan teater Puteri Mandalika ini, berlatar tempat di taman kerajaan tempat Puteri Mandalika bernaung. Latar waktu dalam cerita ini, menggambarkan suasana malam hari. Hal ini dapat dibuktikan dengan dialog dari pangeran Sawing kepada Sang Puteri  “Wahai Adinda puteri, maafkan aku jika aku mengganggumu dalam menikmati suasana malam ini.” Suasana yang ditunjukkan adalah, di awal cerita, suasana ketenangan yang bercampur sedih, ini tergambar ketika Sang puteri tengah duduk dan merenung dengan raut wajah yang sendu dan muram. Lalu suasana tegang ketika hadirnya Pangeran Lipur di tengah-tengah Puteri Mandalika dan Pangeran Sawing, pangeran Sawing dan pangeran Lipur beradu pedang karena memperebutkan hati sang puteri. Suasana lucu atau humor begitu terasa ketika salah seorang puteri Mandalika yang sebenarnya merupakan pemain laki-laki yang berperan pula sebagai puteri Mandalika hendak menelerai perkelahian antara pangeran Lipur dan pengawalnya melawan pangeran Sawing dan pengawalnya, dengan balutan kebaya yang anggun, tiba-tiba ia menampakkan karakter laki-lakinya. Hingga di akhir cerita, muncullah suasana sedih, ketika sang puteri memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, agar tidak ada kekecewaan yang bisa menimbulkan pertumpahan darah, dan semua orang bisa mendapatkannya.

-                   Amanat
           
 Amanat yang terkandung dalam lakon Puteri Mandalika ini ialah, yang pertama, sistem kepemimpinan suatu negara hendaknya tidak mengincar-incar dan memanfaatkan kekuasaan untuk menindas negara lainnya, melainkan seharusnya bersama-sama mengumpulkan kekuatan untuk menciptakan perdamaian dunia. Menjadi seorang pemimpin bukanlah untuk menguasai dan  mengedepankan pemenuhan kehendak serta kepentingan sendiri, melainkan melaksanakan sesuatu untuk kepentingan rakyat.  Hal ini diperoleh dalam perkataan  Puteri Mandalika kepada Pangeran Sawing “Sebagai seorang raja yang memimpin rakyatnya, sesungguhnya bukan untuk menguasai sesuatu, tetapi justru sebagai pelaksana terhadap apa yang diinginkan oleh rakyatnya. Sebuah negeri terbentuk bukan untuk menguasai yang lain, tapi sekali lagi untuk mensejahterakan rakyatnya!” dan “Apakah untuk memakmurkan negeri sendiri harus dengan merusak dan menghancurkan negeri lainnya?”
Kedua, Niat untuk menjadi pemimpin, bukanlah bersatu untuk menguasai dan menindas kelompok lain, akan tetapi mengumpulkan kekuatan untuk mempersatukan rakyat agar bisa saling berdamai, saling membantu dalam kehidupan dan cinta, karena pada hakikatnya manusia diciptakan berbeda untuk saling menyempurnakan, bukan untuk saling menjatuhkan dan memusnahkan. Ini dapat terlihat dari bagian dialog sang puteri “Aku hanya memikirkan bagaimana sekuruh manusia di jagat ini bisa berdamai dsn salinh membantu dalam cinta dan kehidupan. Bukankah manusia diciptakan berbeda untuk saling mengenal, lalu saling menyempurnakan? Bukan untuk saling menaklukan, apalagi saling memusnahkan!”
Ketiga, tersirat amanat bahwa mencintai itu untuk saling menghidupkan, bukan untuk menjatuhkan yang lain. Hal ini tergambar ketika Pangeran Sawing mengatakan bahwa ia mencintai Puteri Mandalika, akan tetapi obsesinya akan kekuasaan selalu saja mengiringi argumennya. Dapat di lihat dalam dialog ini:
Pangeran Sawing: “Tidak Adinda Puteri, kekuasaanmu tidak akan pudar ditelan zaman, dan bila kau menjadi permaisuriku, tentunya aku dapat menggabungkan dua buah kerajaan besar, sehingga kekuasaanku tak akan bisa ditaklukkan oleh kerajaan manapun di jagat ini.
Puteri Mandalika: “Oh… sungguh pemikiran yang picik!”
Pangeran Sawing: “Apa maksud perkataanmu Adinda?”
Puteri Mandalika: “Apakah semua laki-laki begitu terobsesi dengan kekuasaan? Cinta                    sesungguhnya tidak memiliki hubungan dengan penaklukan.                                   
Cinta adalah kehidupan, sehingga ia menghidupkan manusia yang mengalaminya, bukan untuk menaklukan, apalagi untuk  saling memusnahkan!”
-             

     Gaya Bahasa


            Dalam pertunjukan drama “Putri Mandalika”, para pemainnya menggunakan gaya bahasa Indonesia sehari-hari, hal ini telihat ketika unsur komedinya dicuatkan. Selebihnya menggunakan bahasa Indonesia yang resmi, Gaya bahasa hiperbola, terlihat dalam dialog pangeran Sawing yang memuji putri Mandalika “…Sungguh, mereka tidak bisa melukiskan keelokanmu dan keindahanmu dengan seribu cerita dan sejuta kata-kata…” “…Sorot pandang matamu seolah membelah dadaku, menusuk-nusuk jantungku, dan menggetarkan jiwaku…”
-          Pusat Pengisahan
            Pusat pengisahan dari teater ini nampaknya didasarkan dari cerita rakyat Lombok Tengah, yaitu cerita Putri Mandalika (Nyale). Namun dalam pertunjukan ini disulap menjadi istimewa, menghibur, lebih kontekstual dan benar-benar memanah realitas yang tengah bergelimang di masa kini.

2.      Hubungan Karya Sastra dengan Kondisi Sosial
Pertama-tama, jika ditinjau dari segi ekonomi, lakon Putri Mandalika ini menggambarkan kehidupan ekonomi di Indonesia yang kini tengah membuat sebagian rakyat menengah dan rendah pontang-panting dan terpincang-pincang mengikuti segala kebijakan pemerintahan yang katanya untuk kebaikan rakyat.  Dilihat dari kapan dilakoninya cerita ini, selaras dengan peristiwa kenaikan BBM di tahun 2013 yang nampak menyusahkan sebagian rakyat Indonesia.  Hal itu terbukti dengan adanya dialog dari Pengawal Pangeran Lipur yang menyinggung tentang kenaikan BBM. Di sini digambarkan bahwa kondisi ekonomi sebagian masyarakat Indonesia semakin terhimpit dengan kebijakan-kebijakan dalam naungan politik kekuasaan tersebut. Tindak korupsi semakin lama semakin menjepit kondisi ekonomi sebagian rakyat.
Ditinjau dari segi sosial budaya, dalam lakon Putri Mandalika digambarkan bahwa  dari jaman dulu hingga sekarang, para pelakon penguasa masih saja memuja-muja kekuasaan, bahkan sebagian kelompok-kelompok dijadikan tumbal keterobsesiannya untuk tetap meraih pedang kekuasaan. Perahu kekuasaan di negeri kita ini masih saja mengapung  dalam  bejana kebiasaan dan hobi yang ironis. Budaya korupsi, kolusi dan nepotisme semakin merajalela di negeri ini.  Penggambaran Putri Mandalika yang sangat mencintai rakyatnya, sangat mengharapkan perdamaian dan manusia hidup dengan saling mencintai agar saling menghidupkan, mewakili keinginan rakyat   yang dari dulu hingga pada saat ini belum terpenuhi, bahwa yang dibutuhkan oleh rakyat adalah pemimpin yang mau memimpin karena mencintai negeri dan rakyatnya, bukanlah pemimpin yang hanya ingin tampil eksis di atas singgasana kekuasaannya. Sehingga dengan kekuatan cinta itu ia akan berusaha mencari cara dan merangkul satu sama lain untuk menata bagaimana memperjuangkan kemakmuran rakyat  dan perdamaian di bumi ini, bukan malah mengadopsi obsesi dan keegoisan kekuasaan semata yang malah mengahancurkan rakyat.
Dilihat dari segi politik, melalui lakon Putri Mandalika ini digambarkan bahwa, sebagian orang yang sebelum menjadi pemimpin berdesak-desakkan menaklukkan hati rakyatnya untuk menyandangkan ambisinya untuk menguasai. Akan tetapi setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka mengayuhkan dayung kekuasaan mereka untuk memperluas ambisi pribadinya, sementara si rakyat terhempas begitu saja didepak dayung sang penguasa. Hal ini terlihat  dari petikan dialog pangeran Sawing dan Putri Mandalika:
Pangeran Sawing: “…Dan bila engkau menjadi permaisuriku, tentunya aku dapat                           menggabungkan dua buah kerajaan besar, sehingga  kekuasaanku akan bertambah besar, dan tidak akan bisa   ditaklukkan oleh kerajaan manapun di jagat ini.”
Putri Mandalika: “Oh…sungguh pemikiran yang picik!”
Pangeran Sawing: “Apa maksud perkataanmu adinda?”
Putri Mandalika: “Apakah semua laki-laki begitu terobsesi dengan kekuasaan?                               Cinta sesungguhnya tidak memiliki hubungan dengan penaklukkan. Cinta adalah kehidupan, sehingga  ia mampu menghidupi yang mengalaminya, bukan untuk menaklukkan,                                      apalagi untuk memusnahkan pihak lain!”
Pangeran Sawing: “Aku tidak bermaksud menaklukkanmu Adinda Putri, justru  saat ini akulah yang takluk dihadapanmu.
Putri Mandalika: “Lalu apa maksud Kanda Pangeran dengan memiliki kekuasaan yang lebih besar, tanpa dapat ditaklukkan oleh kerajaan  lainnya?”
 Bahkan sisihan hasil jerih payah mereka yang katanya untuk negeripun tertelan ombak begitu saja, bukannya semakin makmur negeri ini, malah semakin terpelungkup di bawah gelagat penguasa yang tak bermodalkan cinta. Selain itu, nampak keprihatinan akan peristiwa perebutan wilayah antara Indonesia dan Malaysia, peperangan  antara Israel dan Palestina  yang hingga saat ini masih membuncah, keprihatinan dan kesedihan karena peristiwa tersebut telah menelan banyak jiwa. Kedua peristiwa ini yang timbul akibat dari ambisi untuk menguasai. Hal ini diperoleh melalui petikan dialog Putri Mandalika “Aku tidak menolak lamaranmu, Kanda. Aku hanya memikirkan, begitu banyak manusia yang telah menjadi korban peperangan yang terjadi di belahan bumi ini.”
3.      Hubungan Karya Sastra dengan Pandangan dunia
      Berkaitan dengan cerita dalam lakon Putri Mandalika ini, termuat paradigma masyarakat yang sudah berkembang, yaitu seperti yang kita ketahui bersama bahwa tujuan negara kita adalah  melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Namun dalam cerita ini diperlihatkan bahwa pada kenyataanya, keempat filosofi yang selalu diikrarkan di tiap-tiap upacara tersebut berlaku menyimpang pada rana realisasinya. Tangan-tangan kekuasaan semakin mengikis keempat tujuan mulia tersebut, sementara mulut-mulut kekuasaannya mengikrarkan namun sekedar berbuih begitu saja.
           







DAFTAR PUSTAKA

            Anonim. 2008. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
            Faruk, Dr. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Jakarta: Pustaka Pelajar
            http://ayuniedellblue.wordpress.com/2012/06/17/strukturalisme-genetik/
            http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/pesona-puisi/teori-strukturalisme-genetik/
            http://simungilberkreasi.blogspot.com/2012/09/contoh-makalah-apresiasi-drama-     indonesia.html
            http://siti-lailatus.blogspot.com/2012/12/analisis-naskah-drama-bila-malam.html
            http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-seni-teater.html