ANALISIS STRATA ROMAN INGARDEN
DALAM PUISI “CINTA”
KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY
KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY
A. PENDAHULUAN
Esay
ini memuat hasil jejak-jejak petualangan otak saya dalam menganalisis
strata-strata yang termuat dalam puisi yang berjudul “Cinta” karya
Habiburrahman El-Shirazy. Puisi ini dianalisis menggunakan Strata Roman
Ingarden. Strata Roman Ingarden ini menganalisis norrma-norba sebagai berikut:
§ Lapis
bunyi , dalam lapis ini yang terkandung merupakan rangkaian bunyi yang dibatasi
jeda, tekanan nada, tempo dll.
§ Lapis
arti, yang berupa rangkaian fonem, suku kata, frase dan kalimat. Kalimat
membentuk alinea, bab, dan keseluruhan cerita.
§ Lapis
ketiga, terkait latar, pelaku, objek yang dikemukakan, dunia pengarang yang
berupa lukisan atau cerita pengarang.
§ Lapis
keempat, lapis dunia yang tak usah dinyatakan atau dikemukakan, tetapi sudah
implisit.
§ Lapis
kelima, lapis metafisis yang menyebabkan pembaca berkontemplasi.
Analisis puisi menggunakan strata roman ingarden ini
untuk menyoroti lapis-lapis yang ada dalam puisi “cinta”. Saya memilih puisi
ini sebagai objek analisis karena saya tertarik dengan hal-hal yang beraroma
cinta. Saya menyadari bahwa begitu banyak hal-hal yang saya raih dalam hidup
saya, dan itu tidak lain ialah berkah dari kekuatan Maha cinta.
B. PEMBAHASAN
CINTA
Cinta adalah kekuatan yang mampu
mengubah duri jadi
mawar
mengubah cuka jadi anggur
mengubah cuka jadi anggur
mengubah malang jadi
untung
mengubah sedih jadi riang
mengubah sedih jadi riang
mengubah setan jadi
nabi
mengubah iblis jadi
malaikat
mengubah sakit jadi sehat
mengubah kikir jadi dermawan
mengubah kandang jadi taman
mengubah penjara jadi istana
mengubah amarah jadi ramah
mengubah musibah jadi muhibbah
itulah cinta
mengubah sakit jadi sehat
mengubah kikir jadi dermawan
mengubah kandang jadi taman
mengubah penjara jadi istana
mengubah amarah jadi ramah
mengubah musibah jadi muhibbah
itulah cinta
1. Lapis
Bunyi
Lapis
bunyi merupakan
·
Per-larik
Larik pertama, tertuang
bunyi asonansi /a/ sebagaimana kata cinta yang diakhiri oleh vokal /a/ disambut
oleh bunyi atau vokal /a/ pula dari kata adalah, “cinta adalah
kekuatan yang mampu”.
Larik ke dua terdapat
bunyi asonansi /i/ pada kata duri dan jadi, kedua kata yang berdampingan, yang
sama-sama memiliki asonansi /i/ yang masing-masing terjaga di akhir barisan
katanya.
Larik ke tiga,
didominasi oleh bunyi asonansi /u/ dan /a/, tertuang dari kata mengubah, cuka,
dan anggur.
Larik ke empat tertuang
bunyi asonansi /a/ yang terlahir dari kata mengubah, malang,
dan jadi. Bunyi aliterasi /ŋ/ (ng) yang terlahir dari kata mengubah,
malang, dan untung.
Larik ke lima, terdapat
bunyi asonansi /i/ dan aliterasi /h/. Asonansi /i/ terukir dari kata sedih,
jadi, dan riang. Bunyi aliterasi /h/ terlahir dari kata mengubah
dan sedih. Bertahtanya bunyi desah atau aliterasi /h/ di kedua kata ini
mengukir irama yang indah menurut saya.
Larik ke enam, dihiasi
oleh bunyi asonansi /i/ yang tertuang dari kata jadi dan nabi.
Larik ke tujuh,
terdapat bunyi asonansi /i/ dan /a/. Bunyi asonansi /i/ terukir dari kata iblis,
jadi, dan malaikat. Bunyi asonansi /a/ terukir dari kata jadi
dan malaikat.
Baris ke delapan
tertuang bunyi aliterasi /s/ dan /t/ dari kata sakit dan sehat,
dan bunyi asonansi /a/ dan /i/ dari kata sakit dan jadi.
Larik ke sembilan,
mengalun bunyi aliterasi /r/, asonansi /a/ dan /i/. Bunyi aliterasi /r/
terlahir dari kata kikir dan dermawan. Bunyi asonansi /i/ terlahir dari kata
jadi dan kikir, dan asonansi /a/ terlahir dari kata dermawan.
Larik ke sepuluh,
terdapat bunyi asonansi /a/ pada kata mengubah, kandang, jadi,
dan taman.
Baris ke sebelas,
terdapat bunyi asonansi /a/ yang terlahir dari kata mengubah, penjara,
jadi, istana. Bunyi asonansi /i/ dari kata jadi dan
istana, mnurut saya asonansi /i/ yang bertahta di akhir kata jadi
menjadi indah kedengarannya tatkala ia disambut oleh saudaranya (asonansi /i/)
yang bertahta dalam kata istana.
Pada larik ke dua belas,
bunyi asonansi /a/ mengalun dari kata mengubah, amarah, jadi dan ramah.
Ditemani oleh bunyi aliterasi /h/ dari kata mengubah, amarah, dan
ramah.
Larik ke tiga belas,
terpapar bunyi asonansi /u/ dan /a/, yang telahir dari keempat kata dalam larik
ini, yaitu mengubah, musibah, jadi, dan muhibbah. Bunyi aliterasi /h/ dan /b/
tertuang dari kata mengubah, musibah, dan muhibbah.
Pada larik terakhir,
lahirlah bunyi asonansi /i/ dan /a/ yang bertaut dalam kata itulah
cinta.
Secara
keseluruhan, dalam puisi cinta ini terdapat bunyi-bunyi aliterasi /h/ yang
tertuang pada setiap barisnya yakni pada kata “adalah” di larik pertama,
kata “musibah” dalam larik ke dua hingga ke tiga belas, dan kata
“itulah” pada larik terakhir. Bunyi asonansi /a/ dan /i/ yang terlahir dari
kata “jadi” dari baris kedua hingga larik ke tiga belas, bunyi aliterasi /r/
pada akhir larik ke dua dan ke tiga yang terlahir dari kata “mawar” dan
“anggur”, bunyi aliterasi /ng/ pada akhir larik ke empat dan ke lima
yang terlahir dari kata “malang” dan untung”, bunyi asonansi /a/
dan aliterasi /t/ pada akhir larik ke tujuh dan ke delapan yang terlahir dari
kata “malaikat” dan “sehat”, bunyi aliterasi /n/ pada akhir larik
ke sembilan dan ke sepuluh yang terlahir dari kata “dermawan” dan “taman”,
dan bunyi aliterasi /h/ pada akhir larik ke dua belas dan ke tiga belas yang
terlahir dari kata “ramah” dan “muhibbah”.
2. Lapis
Arti
Larik
pertama, menunjukkan bahwa cinta mampu mengubah seseorang, cinta mampu segalanya. Larik ke dua, cinta mampu mengubah
duri-duri kehidupan menjadi mawar kehidupan yang indah. Larik ke tiga, cinta
mampu menyulap atau mengubah kehidupan atau pribadi yang kecut seperti cuka
menjadi anggur yang begitu memabukkan. Larik ke empat, cinta mampu membawa
suatu kemalangan menjadi berkah yang menguntungkan. Larik ke lima, disaat kita
sedang dilanda kesedihan, cinta akan mampu mengubah suasana hati kita menjadi riang gembira. Larik ke enam, cinta
mampu mengubah sosok yang luar biasa hina layaknya setan, menjadi sosok nabi
yang luar biasa diagungkan. Larik ke tujuh, cinta mampu mengubah sebentuk iblis
yang licik menjadi malaikat, yakni mahluk yang suci. Larik ke delapan, cinta
mampu mengubah perasaan sakit menjadi sehat. Ketika kita sakit, cinta hadir
mengobati kesakitan yang tengah menghujam hingga kita sembuh. Larik ke
sembilan, hadirnya kekuatan cinta, mampu mengubah sifat kikir itu menjadi kian
dermawan. Larik ke sepuluh, dengan adanya cinta, seburuk-buruknya tempat yang
bahkan menyerupai kandang akan mampu diubah menjadi hamparan taman yang indah.
Larik ke sebelas, kekuatan cinta mampu mengubah jeruji dan langit-langit
penjara menjadi sebuah istana yang megah. Larik ke dua belas, cinta mampu
mengubah kobaran api amarah menjadi mata air keramahan. Larik ke tiga belas,
cinta mampu mengubah malapetaka menjadi sebongkah muhibbah. Larik terakhir,
itulah kekuatan yang dimiliki oleh cinta.
·
Pencitraan
Menilik
pada aspek pencitraan dalam puisi ini, yakni pada baris ke dua, termaktub
sebuah pencitraan pencecapan dibalik kata cuka dan anggur. Pencitraan perasaan
terdapat pada larik pertama dibuktikan dengan adanya kata “Cinta”, larik ke
lima “sedih” dan
“riang”,
kata “sakit”
dan “sehat”
pada larik ke delapan, kata “amarah” dan “ramah“ pada larik ke
sebelas, dan kata “cinta” pada larik terakhir.
3. Lapis
Objek dan Imajinasi Pengarang
Larik
pertama, fokus perhatiannya adalah kekuatan cinta, objek perhatiannya adalah
cinta. Larik kedua, fokus perhatiannya adalah duri jadi mawar, objek
perhatiannya adalah duri dan mawar. Larik ke tiga, fokus perhatiannya adalah
cuka jadi anggur, objek perhatiannya adalah cuka dan anggur. Larik ke empat,
fokus perhatiannya adalah malang jadi untung, objek perhatiannya adalah
kemalangan dan keuntungan. Larik ke lima, sedih jadi riang, objek perhatiannya
adalah sedih dan riang. Larik ke enam, fokus perhatiannya adalah setan jadi
nabi, objek perhatiannya adalah setan dan nabi. Larik ke tujuh, fokus
perhatiannya adalah, iblis jadi malaikat, objek perhatiannya adalah iblis dan
malaikat. Larik ke delapan, fokus perhatiannya adalah sakit jadi sehat, objek
perhatiannya adalah sakit dan sehat. Larik ke sembilan, fokus perhatiannya
adalah kikir jadi dermawan, objek perhatiannya adalah kekikiran dan
kedermawanan. Larik ke sepuluh, fokus perhatiannya adalah kandang jadi taman,
objek perhatiannya adalah kandang dan taman. Larik ke sebelas, fokus
perhatiannya adalah penjara jadi istana, objek perhatiannya adalah penjara dan
istana. Larik ke dua belas, fokus perhatiannya adalah amarah jadi ramah. Objek
perhatiannya adalah amarah dan keramahan. Larik ke tiga belas, fokus
perhatiannya adalah musibah jadi muhibbah, objek perhatiannya adalah musibah
dan muhibah. Lari terakhir, yang menjadi fokus perhatiannya adalah cinta, dan
objek perhatiannya adalah cinta.
4. Lapis
Dunia
Larik
pertama, pengarang mengungkapkan bahwa cinta adalah suatu kekuatan yang mampu
mengubah sesuatu. Larik ke dua, mengubah duri jadi mawar: kekuatan cinta
akan mampu mengubah duri menjadi mawar
yang indah. Larik ke tiga, mengubah cuka jadi anggur: bahwa kekuata cinta mampu
mengubah cuka yang kecut menjadi anggur yang begitu memabukkan. Larik ke empat,
mengubah malang jadi untung: bahwa kekuatan cinta mampu mengubah kemalangan
menjadi untung. Larik ke lima, mengubah sedih jadi riang: cinta adalah kekuatan
yang mampu mengubah perasaan sedih menjadi perasaan yang riang. Larik ke enam,
mengubah setan jadi nabi: cinta ialah kekuatan yang mampu merubah setan yang
hina menjadi nabi yang agung. Larik ke tujuh, mengubah iblis jadi malaikat:
bahwasanya cinta adalah kekuatan yang mampu merubah iblis yang bejat menjadi
malaikat yang suci. Larik ke delapan, mengubah sakit jadi sehat: cinta adalah
kekuatan yang mampu mengubah perasaan sakit menjadi lebih sehat. Larik ke
sembilan, mengubah kikir jadi dermawan: bahwa cinta adalah sebentuk kekuatan
yang mampu mengubah sosok yang kikir menjadi sosok yang dermawan. Larik ke
sepuluh, mengubah kandang jadi taman: pengaranng mengutarakan bahwa cinta
adalah kekuatan yang mampu mengubah sebuah kandang yang jelek menjadi sebuah taman
yang indah. Larik ke sebelas, mengubah penjara jadi istana: bahwa cinta ialah kekuatan yang mampu
mengubah suasana suatu tempat yang sempit seperti penjara menjadi tempat yang
begitu luas dan indah layaknya sebuah
istana. Larik ke dua belas, mengubah amarah jadi ramah: cinta merupakan
sebuah kekuatan yang mampu mengubah amarah dalam jiwa seseorang menjadi sebuah
perasaan yang begitu ramah. Larik ke tiga belas, mengubah musibah jadi
muhibbah: maknanya bahwa cinta adalah suatu kekuatan yang mampu mengubah sebuah
musibah yang menyakitkan menjadi sebentuk muhibbah yang indah. Larik terakhir,
itulah cinta: pada larik terakhir ini pengarang menegaskan kembali bahwa
“seperti itulah mustajabnya kekuatan cinta”, seperti segala yang telah tertuang
dalam larik ke dua hingga larik ke tiga belas.
5. Lapis
Metafisis
Lentera
cinta mampu menerangi ruang gelap kehidupan
menjadi lebih indah, oleh karena itu jaga dan nikmatilah cinta yang ada,
dan bersyukurlah kepada Tuhan yang telah menganugerahkan cinta kepada kita.
C.
SIMPULAN
Berdasarkan
analisis dengan strata roman ingarden terhadap puisi “cinta”, pertama dari sisi
lapis bunyi, disimpulkan bahwa secara keseluruhan dalam puisi yang berjudul
“cinta” ini melahirkan bunyi-bunyi aliterasi /h/ pada kata adalah, mengubah,
dan itulah, serta asonansi /a/ dan /i/ pada kata jadi yang tertuang dalam
setiap lariknya. Bunyi aliterasi /r/ pada larik ke dua dan ke tiga, aliterasi
/ng/ pada larik ke empat dan ke lima, bunyi aliterasi /t/ pada larik ke tujuh
dan ke delapan, aliterasi /n/ pada larik sembilan dan sepuluh, dan aliterasi
/h/ pada larik ke dua belas dan tiga belas. Dari sisi lapis arti, pengarang
mengungkapkan bagaimana mujarabnya kekuatan cinta yang mampu mengungsikan
segala derajat minus kehidupan menuju derajat yang berlabel plus atau lebih
baik. Dari sisi lapis ke tiga, yakni lapis objek, dalam puisi cinta terdapat
beberapa objek yang menjadi objek perhatian pengarang, yakni cinta, duri,
mawar, cuka, anggur, malang, untung, sedih, riang, setan, nabi, iblis,
malaikat, sakit, sehat, kikir, dermawan, kandang, taman, penjara, istana,
amarah, ramah, musibah, dan muhibbah. Dari sisi lapis dunia, pengarang
memaparkan bahwa cinta adalah suatu kekuatan yang mampu mengubah duri-duri
menjadi mawar yang indah, dan seterusnya, hingga menegaskan kembali bahwa
seperti itulah dahsyatnya atau mustajabnya kekuatan cinta. Dari segi lapis
metafisis, penyusun mendapatkan pencerahan
bahwa kekuatan cinta itu memang patut diakui, lentera cinta mampu
menerangi ruang gelap kehidupan menjadi
lebih terang dan indah, oleh karena itu, jaga dan nikmatilah cinta yang ada,
bersyukurlah kepada Tuhan yang telah menganugerahkan cinta kepada kita.