Kamis, 22 Agustus 2013

ANALISIS STRATA ROMAN INGARDEN DALAM PUISI “CINTA” KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY

0 komentar

ANALISIS STRATA ROMAN INGARDEN DALAM PUISI “CINTA”
KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY



      A.    PENDAHULUAN
            Esay ini memuat hasil jejak-jejak petualangan otak saya dalam menganalisis strata-strata yang termuat dalam puisi yang berjudul “Cinta” karya Habiburrahman El-Shirazy. Puisi ini dianalisis menggunakan Strata Roman Ingarden. Strata Roman Ingarden ini menganalisis norrma-norba sebagai berikut:
§  Lapis bunyi , dalam lapis ini yang terkandung merupakan rangkaian bunyi yang dibatasi jeda, tekanan nada, tempo dll.
§  Lapis arti, yang berupa rangkaian fonem, suku kata, frase dan kalimat. Kalimat membentuk alinea, bab, dan keseluruhan cerita.
§  Lapis ketiga, terkait latar, pelaku, objek yang dikemukakan, dunia pengarang yang berupa lukisan atau cerita pengarang.
§  Lapis keempat, lapis dunia yang tak usah dinyatakan atau dikemukakan, tetapi sudah implisit.
§  Lapis kelima, lapis metafisis yang menyebabkan pembaca berkontemplasi.
Analisis puisi menggunakan strata roman ingarden ini untuk menyoroti lapis-lapis yang ada dalam puisi “cinta”. Saya memilih puisi ini sebagai objek analisis karena saya tertarik dengan hal-hal yang beraroma cinta. Saya menyadari bahwa begitu banyak hal-hal yang saya raih dalam hidup saya, dan itu tidak lain ialah berkah dari kekuatan Maha cinta.





                  B.     PEMBAHASAN

            CINTA

            Cinta adalah kekuatan yang mampu
            mengubah duri jadi mawar
            mengubah cuka jadi anggur
            mengubah malang jadi untung
            mengubah sedih jadi riang
            mengubah setan jadi nabi
            mengubah iblis jadi malaikat
            mengubah sakit jadi sehat
            mengubah kikir jadi dermawan
            mengubah kandang jadi taman
            mengubah penjara jadi istana
            mengubah amarah jadi ramah
            mengubah musibah jadi muhibbah
            itulah cinta

1.      Lapis Bunyi
      Lapis bunyi merupakan
·         Per-larik
Larik pertama, tertuang bunyi asonansi /a/ sebagaimana kata cinta yang diakhiri oleh vokal /a/ disambut oleh bunyi atau vokal /a/ pula dari kata adalah, “cinta adalah kekuatan yang mampu”.
Larik ke dua terdapat bunyi asonansi /i/ pada kata duri dan jadi, kedua kata yang berdampingan, yang sama-sama memiliki asonansi /i/ yang masing-masing terjaga di akhir barisan katanya.
Larik ke tiga, didominasi oleh bunyi asonansi /u/ dan /a/, tertuang dari kata mengubah, cuka, dan anggur.
Larik ke empat tertuang bunyi asonansi /a/ yang terlahir dari kata mengubah, malang, dan jadi. Bunyi aliterasi /ŋ/ (ng) yang terlahir dari kata mengubah, malang, dan untung.
Larik ke lima, terdapat bunyi asonansi /i/ dan aliterasi /h/. Asonansi /i/ terukir dari kata sedih, jadi, dan riang. Bunyi aliterasi /h/ terlahir dari kata mengubah dan sedih. Bertahtanya bunyi desah atau aliterasi /h/ di kedua kata ini mengukir irama yang indah menurut saya.
Larik ke enam, dihiasi oleh bunyi asonansi /i/ yang tertuang dari kata jadi dan nabi.
Larik ke tujuh, terdapat bunyi asonansi /i/ dan /a/. Bunyi asonansi /i/ terukir dari kata iblis, jadi, dan malaikat. Bunyi asonansi /a/ terukir dari kata jadi dan malaikat.
Baris ke delapan tertuang bunyi aliterasi /s/ dan /t/ dari kata sakit dan sehat, dan bunyi asonansi /a/ dan /i/ dari kata sakit dan jadi.
Larik ke sembilan, mengalun bunyi aliterasi /r/, asonansi /a/ dan /i/. Bunyi aliterasi /r/ terlahir dari kata kikir dan dermawan. Bunyi asonansi /i/ terlahir dari kata jadi dan kikir, dan asonansi /a/  terlahir dari kata dermawan.
Larik ke sepuluh, terdapat bunyi asonansi /a/ pada kata mengubah, kandang, jadi, dan taman.
Baris ke sebelas, terdapat bunyi asonansi /a/ yang terlahir dari kata mengubah, penjara, jadi, istana. Bunyi asonansi /i/ dari kata jadi dan istana, mnurut saya asonansi /i/ yang bertahta di akhir kata jadi menjadi indah kedengarannya tatkala ia disambut oleh saudaranya (asonansi /i/) yang bertahta dalam kata istana.
Pada larik ke dua belas, bunyi asonansi /a/ mengalun dari kata mengubah, amarah, jadi dan ramah. Ditemani oleh bunyi aliterasi /h/ dari kata mengubah, amarah, dan ramah.
Larik ke tiga belas, terpapar bunyi asonansi /u/ dan /a/, yang telahir dari keempat kata dalam larik ini, yaitu mengubah, musibah, jadi, dan muhibbah. Bunyi aliterasi /h/ dan /b/ tertuang dari kata mengubah, musibah, dan muhibbah.
Pada larik terakhir, lahirlah bunyi asonansi /i/ dan /a/ yang bertaut dalam kata itulah cinta.
      Secara keseluruhan, dalam puisi cinta ini terdapat bunyi-bunyi aliterasi /h/ yang tertuang pada setiap barisnya yakni pada kata “adalah” di larik pertama, kata “musibah” dalam larik ke dua hingga ke tiga belas, dan kata “itulah” pada larik terakhir. Bunyi asonansi /a/ dan /i/ yang terlahir dari kata “jadi” dari baris kedua hingga larik ke tiga belas, bunyi aliterasi /r/ pada akhir larik ke dua dan ke tiga yang terlahir dari kata “mawar” dan “anggur”, bunyi aliterasi /ng/ pada akhir larik ke empat dan ke lima yang terlahir dari kata “malang” dan untung”, bunyi asonansi /a/ dan aliterasi /t/ pada akhir larik ke tujuh dan ke delapan yang terlahir dari kata “malaikat” dan “sehat”, bunyi aliterasi /n/ pada akhir larik ke sembilan dan ke sepuluh yang terlahir dari kata “dermawan” dan “taman”, dan bunyi aliterasi /h/ pada akhir larik ke dua belas dan ke tiga belas yang terlahir dari kata “ramah” dan “muhibbah”.

2.      Lapis Arti
      Larik pertama, menunjukkan bahwa cinta mampu mengubah seseorang, cinta mampu  segalanya. Larik ke dua, cinta mampu mengubah duri-duri kehidupan menjadi mawar kehidupan yang indah. Larik ke tiga, cinta mampu menyulap atau mengubah kehidupan atau pribadi yang kecut seperti cuka menjadi anggur yang begitu memabukkan. Larik ke empat, cinta mampu membawa suatu kemalangan menjadi berkah yang menguntungkan. Larik ke lima, disaat kita sedang dilanda kesedihan, cinta akan mampu mengubah suasana hati kita  menjadi riang gembira. Larik ke enam, cinta mampu mengubah sosok yang luar biasa hina layaknya setan, menjadi sosok nabi yang luar biasa diagungkan. Larik ke tujuh, cinta mampu mengubah sebentuk iblis yang licik menjadi malaikat, yakni mahluk yang suci. Larik ke delapan, cinta mampu mengubah perasaan sakit menjadi sehat. Ketika kita sakit, cinta hadir mengobati kesakitan yang tengah menghujam hingga kita sembuh. Larik ke sembilan, hadirnya kekuatan cinta, mampu mengubah sifat kikir itu menjadi kian dermawan. Larik ke sepuluh, dengan adanya cinta, seburuk-buruknya tempat yang bahkan menyerupai kandang akan mampu diubah menjadi hamparan taman yang indah. Larik ke sebelas, kekuatan cinta mampu mengubah jeruji dan langit-langit penjara menjadi sebuah istana yang megah. Larik ke dua belas, cinta mampu mengubah kobaran api amarah menjadi mata air keramahan. Larik ke tiga belas, cinta mampu mengubah malapetaka menjadi sebongkah muhibbah. Larik terakhir, itulah kekuatan yang dimiliki oleh cinta.
·         Pencitraan
                        Menilik pada aspek pencitraan dalam puisi ini, yakni pada baris ke dua, termaktub sebuah pencitraan pencecapan dibalik kata cuka dan anggur. Pencitraan perasaan terdapat pada larik pertama dibuktikan dengan adanya kata “Cinta”, larik  ke lima “sedih” dan “riang”, kata “sakit” dan “sehat” pada larik ke delapan, kata “amarah”  dan “ramah“ pada larik ke sebelas, dan kata “cinta” pada larik terakhir.
3.      Lapis Objek dan Imajinasi Pengarang
      Larik pertama, fokus perhatiannya adalah kekuatan cinta, objek perhatiannya adalah cinta. Larik kedua, fokus perhatiannya adalah duri jadi mawar, objek perhatiannya adalah duri dan mawar. Larik ke tiga, fokus perhatiannya adalah cuka jadi anggur, objek perhatiannya adalah cuka dan anggur. Larik ke empat, fokus perhatiannya adalah malang jadi untung, objek perhatiannya adalah kemalangan dan keuntungan. Larik ke lima, sedih jadi riang, objek perhatiannya adalah sedih dan riang. Larik ke enam, fokus perhatiannya adalah setan jadi nabi, objek perhatiannya adalah setan dan nabi. Larik ke tujuh, fokus perhatiannya adalah, iblis jadi malaikat, objek perhatiannya adalah iblis dan malaikat. Larik ke delapan, fokus perhatiannya adalah sakit jadi sehat, objek perhatiannya adalah sakit dan sehat. Larik ke sembilan, fokus perhatiannya adalah kikir jadi dermawan, objek perhatiannya adalah kekikiran dan kedermawanan. Larik ke sepuluh, fokus perhatiannya adalah kandang jadi taman, objek perhatiannya adalah kandang dan taman. Larik ke sebelas, fokus perhatiannya adalah penjara jadi istana, objek perhatiannya adalah penjara dan istana. Larik ke dua belas, fokus perhatiannya adalah amarah jadi ramah. Objek perhatiannya adalah amarah dan keramahan. Larik ke tiga belas, fokus perhatiannya adalah musibah jadi muhibbah, objek perhatiannya adalah musibah dan muhibah. Lari terakhir, yang menjadi fokus perhatiannya adalah cinta, dan objek perhatiannya adalah cinta.
4.      Lapis Dunia
      Larik pertama, pengarang mengungkapkan bahwa cinta adalah suatu kekuatan yang mampu mengubah sesuatu. Larik ke dua, mengubah duri jadi mawar: kekuatan cinta akan  mampu mengubah duri menjadi mawar yang indah. Larik ke tiga, mengubah cuka jadi anggur: bahwa kekuata cinta mampu mengubah cuka yang kecut menjadi anggur yang begitu memabukkan. Larik ke empat, mengubah malang jadi untung: bahwa kekuatan cinta mampu mengubah kemalangan menjadi untung. Larik ke lima, mengubah sedih jadi riang: cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah perasaan sedih menjadi perasaan yang riang. Larik ke enam, mengubah setan jadi nabi: cinta ialah kekuatan yang mampu merubah setan yang hina menjadi nabi yang agung. Larik ke tujuh, mengubah iblis jadi malaikat: bahwasanya cinta adalah kekuatan yang mampu merubah iblis yang bejat menjadi malaikat yang suci. Larik ke delapan, mengubah sakit jadi sehat: cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah perasaan sakit menjadi lebih sehat. Larik ke sembilan, mengubah kikir jadi dermawan: bahwa cinta adalah sebentuk kekuatan yang mampu mengubah sosok yang kikir menjadi sosok yang dermawan. Larik ke sepuluh, mengubah kandang jadi taman: pengaranng mengutarakan bahwa cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah sebuah kandang yang jelek menjadi sebuah taman yang indah. Larik ke sebelas, mengubah penjara jadi  istana: bahwa cinta ialah kekuatan yang mampu mengubah suasana suatu tempat yang sempit seperti penjara menjadi tempat yang begitu luas dan indah layaknya sebuah  istana. Larik ke dua belas, mengubah amarah jadi ramah: cinta merupakan sebuah kekuatan yang mampu mengubah amarah dalam jiwa seseorang menjadi sebuah perasaan yang begitu ramah. Larik ke tiga belas, mengubah musibah jadi muhibbah: maknanya bahwa cinta adalah suatu kekuatan yang mampu mengubah sebuah musibah yang menyakitkan menjadi sebentuk muhibbah yang indah. Larik terakhir, itulah cinta: pada larik terakhir ini pengarang menegaskan kembali bahwa “seperti itulah mustajabnya kekuatan cinta”, seperti segala yang telah tertuang dalam larik ke dua hingga larik ke tiga belas.
5.      Lapis Metafisis
      Lentera cinta mampu menerangi ruang gelap kehidupan  menjadi lebih indah, oleh karena itu jaga dan nikmatilah cinta yang ada, dan bersyukurlah kepada Tuhan yang telah menganugerahkan cinta kepada kita.




      C.    SIMPULAN
            Berdasarkan analisis dengan strata roman ingarden terhadap puisi “cinta”, pertama dari sisi lapis bunyi, disimpulkan bahwa secara keseluruhan dalam puisi yang berjudul “cinta” ini melahirkan bunyi-bunyi aliterasi /h/ pada kata adalah, mengubah, dan itulah, serta asonansi /a/ dan /i/ pada kata jadi yang tertuang dalam setiap lariknya. Bunyi aliterasi /r/ pada larik ke dua dan ke tiga, aliterasi /ng/ pada larik ke empat dan ke lima, bunyi aliterasi /t/ pada larik ke tujuh dan ke delapan, aliterasi /n/ pada larik sembilan dan sepuluh, dan aliterasi /h/ pada larik ke dua belas dan tiga belas. Dari sisi lapis arti, pengarang mengungkapkan bagaimana mujarabnya kekuatan cinta yang mampu mengungsikan segala derajat minus kehidupan menuju derajat yang berlabel plus atau lebih baik. Dari sisi lapis ke tiga, yakni lapis objek, dalam puisi cinta terdapat beberapa objek yang menjadi objek perhatian pengarang, yakni cinta, duri, mawar, cuka, anggur, malang, untung, sedih, riang, setan, nabi, iblis, malaikat, sakit, sehat, kikir, dermawan, kandang, taman, penjara, istana, amarah, ramah, musibah, dan muhibbah. Dari sisi lapis dunia, pengarang memaparkan bahwa cinta adalah suatu kekuatan yang mampu mengubah duri-duri menjadi mawar yang indah, dan seterusnya, hingga menegaskan kembali bahwa seperti itulah dahsyatnya atau mustajabnya kekuatan cinta. Dari segi lapis metafisis, penyusun mendapatkan pencerahan  bahwa kekuatan cinta itu memang patut diakui, lentera cinta mampu menerangi ruang gelap kehidupan  menjadi lebih terang dan indah, oleh karena itu, jaga dan nikmatilah cinta yang ada, bersyukurlah kepada Tuhan yang telah menganugerahkan cinta kepada kita.