Jumat, 14 Desember 2012

MAKALAH "ADAB BERBICARA BAGI SEORANG ISTRI DALAM PANDANGAN ISLAM"



ADAB BERBICARA BAGI SEORANG ISTRI DALAM PANDANGAN ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
                                    Dalam kehidupan sehari-hari, tentu saja kita pernah menemukan sepasang suami istri yang mengalami perseteruan yang salah satu penyebabnya bisa jadi karena tidak adanya kesiapan mental dan pengetahuan baik salah satu pihak maupun kedua-duanya dalam hal berbicara, akan tetapi dalam makalah ini saya hanya akan membahas tentang adab berbicara seorang istri saja. Jadi, pengetahuan seorang wanita tentang adab ketika bertingkah laku dan berbicara itu sangat diperlukan. Tidak harus menunggu ketika menikah baru kita memulai untuk belajar, melainkan dimulai sejak dini, supaya ada persiapan maupun bekal yang akan kita terapkan pula ketika saatnya mengarungi kehidupan berrumah tangga.
            Apabila para calon ibu rumah tangga sudah terbiasa menanamkan adab berbicara yang disertai dengan pancaran pribadi nan penuh cinta, lemah lembut dalam bertutur,  insyaallah dapat mengurangi kemungkinan terjadinya percecokan dalam rumah tangga dan insyaalah suami senantiasa simpati dan semakin terikat kepada sang istri.

1.2         Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian adab berbicara?
2.      Bagaimanakah adab berbicara dalam pandangan Islam?
3.      Bagaimanakah adab berbicara seorang istri dalam membina rumah tangga menurut pandangan islam?

1.3         Tujuan Penulisan
                        Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui pemahaman adab berbicara bagi seorang istri dalam membina rumah tangga yang Islami adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
1. Mengetahui pengertian adab dan berbicara.
2.  berbicara Mengetahui bagaimana adab berbicara dalam pandangan
     Islam.
3. Mengetahui bagaimana adab berbicara seorang istri dalam membina
     rumah tangga menurut pandangan islam.
b. Tujuan Khusus
            Berdasarkan tujuan umum di atas, dapat dijabarkan menjadi beberapa tujuam khusus sebagai berikut:
1.      Mengetahui karakter berbicara seorang istri yang baik.
2.      Mengetahui kapan seorang istri diperbolehkan untuk berbohong kepada suami.
3.      Mengetahui adab berbicara seorang istri dalam menciptakan suasana rumah tenang dan damai.
4.      Mengetahui apakah sikap-sikap istri dalam hal berbicara yang disukai suami.
5.      Mengetahui adab berbicara dalam mendidik anak.

1.4    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoretis
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi tambahanbagi para pembaca yang ingin mengetahui tentang adab berbicara seorang istri dalam membina rumah tangga yang islami.
b. Manfaat Praktis
                             Penulisan makalah ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas penulis untuk membaca dan memahami tata cara berbicara, khususnya ketika menjadi seorang istri dan membina rumah tangga yang syar’i. Serta dijadikan bekal untuk direalisasikan dalam kehidupan berumah tangga nantinya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Islam adalah sebuah ajaran yang sangat tinggi memberitahu kita bahwa seorang istri bukanlah mahluk sembarangan yang dapat diperlakukan seenaknya, tapi ia adalah tempat suami memadu kasih, melindungi, mengayomi, memberikan rasa aman, memperlakukannya bak puteri raja yang elok nan cantik jelita, dipuja dan dimanja bagai sepasang sejoli yang tidak pernah dapat dipisahkan. Islam mengajarkan cara untuk berumah tangga yang harmonis, saling menyayangi, menghargai dan mengasihi. (Ra’d Kamil Musthafa Al Hiyali: 2001)
2. Cinta yang sesungguhnya membutuhkan adanya sikap ta’at dan kesesuaian antara yang cintai dengan apa yang tidak disukai oleh sang kekasih. (Hadi Hasan Wasbi: 1999)
3. Perasaan ramah dan lemah lembut adalah merupakan karunia Allah yang besar kepada hamba-Nya. Sikap tak sabar dan mudah tersinggung adalah gerak setan. Sikap yang paling dicintai Allah adalah kesabaran dan kelembutan. (Husyein Hilmi Isyik: 2002)
4. Keluarga bahagia adalah keluarga yang mendapat keredhaan Allah SWT. Allah SWT redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah SWT. Firman Allah SWT: “Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada- Nya, yang demikian itu, bagi orang yang takut kepada-Nya”. (Surah Al-Baiyyinah : 8).
5.”Communication: the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol…” , kurang lebih artinya komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. Bennard Berelson dan Gary A. Steinner (1964:527)





BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Adab Berbicara
3.1.1 Pengertian adab berbicara secara umum
Sebelum membahas tentang apa itu adab berbicara dalam ajaran Islam, saya memaparkan terlebih dahulu tentang apa itu adab dan berbicara menurut kamus besar bahasa Indonesia.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, adab adalah kehalusan dan kebaikan budi pekerti, kesopanan, ahlak. Lalu berbicara menurut kamus besar bahasa indonesia adalah berkata, bercakap, berbahasa.
     Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa adab berbicara adalah  budi pekerti atau kesopanan dalam berkata atau pun bercakap dengan orang lain.
3.1.2   Adab Berbicara dalam Pandangan Islam
            Dalam ajaran Islam, adab-adab berbicara telah di arahkan sedemikian rupa baik yang terkandung dalam kitabullah (Al-Qur’an) maupun Al Hadist. Ada pun beberapa ayat yang di dalamnya terkandung adab berbicara antara lain sebagai berikut:

1.     يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلاَ تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لاَ تَشْعُرُونَ(2)إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّوْنَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ(3)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan   suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Al-Hujurat: 2-3)

2.     وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ اْلأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ(19)

 Artinya: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (Luqman: 19)

3.     قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ(263)

Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian ma`af lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”. (al-Baqarah: 263).

3.2 Adab berbicara seorang istri dalam membina rumah tangga menurut pandangan islam
     Selain memiliki naluri keibuan, kemampuan mengatur dan mengurus suami dan anak-anak dalam mengarungi bahtera rumah tangganya, seorang istri juga perlu memiliki adab berbicara yang mendapat keridhaan dari Allah SWT.

3.2.1 Karakter Berbicara Seorang Istri yang Baik.
Seorang istri yang shalehah tentu saja memiliki adab berbicara yang baik. Memelihara perilaku tutur yang baik dan syar’i adalah sebuah perangkat yang penting bagi seorang istri dalam membina rumah tangga.
Di dalam mengarungi bahtera rumah tangga, etika berbicara itu bisa dikatakan penting. Apabila nada atau pun tekanan berbicara kita salah, bisa saja menimbulkan efek kesalah pahaman bahkan menimbulkan rasa tersinggung pada salah satu partisipan.
           
   Ada beberapa karakter berbicara seorang istri yang baik yang harus dimiliki, antara lain:
1. Menyambut suami sepulang dari pekerjaan yang melelahkan itu dengan untaian   kata yang menyejukkan.
2. Menyambut saudara dan teman-teman suami dengan pembicaraan yang ramah dan dengan senang hati. Ketika saudara maupun teman-teman sang suami bersilaturahmi ke rumah kita, seorang istri jangan sampai membiarkan sang suami sendirian melayani dan menemani mereka, sementara istri bersikap tak acuh dan sibuk sendiri. Istri yang baik, akan menyambut saudara dan kerabat suaminya dengan tutur kata yang ramah serta  melayani dalam arti menyuguhkan makanan dan minuman. Sikap dan adab tutur istri yang seperti ini dapat mencegah kebosanan suami.
3. Tidak membicarakan berbagai masalah atau keluhan secara rinci kepada suami karena lapar, sakit, dan lain-lain kecuali jika benar-benar terpaksa.
4. Tidak menceritakan kesulitan-kesulitan rumah tangga kepada tetangga dan teman-teman atau di tempat umum.
5. Tidak sekali-kali membicarakan rahasia suami istri dan masalah pribadi lainnya, baik yang positif maupun negatif.
6. Tidak membicarakan suami kepada orang lain bahwa ia adalah gudangnya kekurangan, tidak bertanggung jawab atau tidak menghargai kehidupan rumah tangga.
7. Mengeluarkan kata-kata pujian atas pemberian suami, agar suami merasa bahwa kehadirannya dihargai oleh istri. Tidak ada ruginya bagi seorang istri jika memberikan kata-kata pujian kepada suami, atas pengorbanan dan pemberiannya. Jangan karena apa yang diberikan oleh suami tidak begitu sesuai dengan apa yang diinginkan, lalu istri mencemooh dan menolak pemberiannya. Alangkah indahnya jika istri dapat menerima dan mengucapkan terimakasih serta memuji pemberiannya.
8. Tidak Sekali-kali bersikeras bahwa pendapat atau pembicaraan anda lah yang paling benar. Apapun pendapat dan keputusan suami, selama itu tidak melenceng dari perintah Allah SWT.,istri harus berbesar hati  mengalah dan mau menerima pendapat suami.
9. Ketika berdiskusi dengan suami, membuat pandangan yang sama, yang saling mendukung agar sama-sama dapat berpendapat yang benar demi mencapai kebaikan kehidupan bersama.

3.2.2 Kapan Seorang Istri Diperbolehkan Untuk Berbohong?
Ada kalanya istri dapat berbicara yang tidak sesuai dengan yang dirasakannya. Tergantung pada situasi dan kondidsi-kondisi tertentu. Islam memperbolehkan istri berbohong kepada suami apabila hal itu menyangkut perasaannya. Ada beberapa poin dalam hal ini, antara lain sebagai berikut:
1.      Istri hendaknya menyembunyikan perasaan bencinya, tidak mengamuk dan tidak menceritakannya kepada orang lain, terutama kepada suami dan keluarga. Sebaik-baiknya istri akan sangat menjaga perasaan suaminya, walaupun misalnya ia tidak menyukai suaminya karena suaminya sangat jarang memberikan hadiah dan sebagainya.
2.      Rasulullah SAW menganjurkan para istri untuk berbohong dengan kata-kata menyangkut perasaannya di depan suami. Kemudian tidak membicarakan kekurangan suami di hadapannya, supaya suami simpati kepada istri. Alangkah baiknya jika seorang istri memuji dulu kelebihan-kelebihan suami di hadapannya dari pada harus menunjuk langsung kekurangan suami, sebab bisa saja suami merasa sedih atau berkecil hati atas penilaian istrinya.
3.      Diterima dari Ummu Kultsum binti Uqbas, ia berkata : “Saya tidak mendengar Rasulullah SAW memberikan keringanan dalam berbohong apapun; kecuali dalam tiga hal, laki-laki yang mengucapkan perkataan dimaksudkan untuk mendamaikan; laki-laki yang mengucapkan perkataan ketika berperang; dan laki-laki yang berkata kepada istrinya serta istri yang berkata kepada suaminya (untuk menjaga keharmonisan rumah tangga).” (H . R . Muslim)
4.      Pandai memuji kemurahan suaminya. Dengan memuji kebaikan suami, insyaallah dapat menyadarkan hati suami. Misalnya ketika suami lupa akan kewajibannya untuk memberikan uang belanja pada suatu saat, istri dapat memuji bahwa ia adalah suami yang selalu mengingat kewajibannya sebagai kepala keluarga dengan tutur kata yang lembut, maka bisa saja suami akan ingat dengan sendirinya tanpa memarahi sang istri.
5.      Tidak berbicara yang membandingkan suami dengan suami orang lain. Sebab hal itu dapat menumbuhkan masalah dan menimbulkan rasa benci suami terhadap istri. Misalnya dalam hal seperti ini, suami orang lain memiliki penghasilan yang lebih besar dari pada suami kita, kita jangan sampai membanding-bandingkan suami kita dengan suami orang tersebut bahwa suami kita tidak mampu mendapatkan penghasilan besar seperti suami orang itu, melainkan istri haruslah memuji kegigihan dan menyemangati suami agar semangat suami dalam mencari nafkah yang halal senantiasa meningkat. Coba bayangkan, bila kita yang berada di posisi suami, kita tentu akan merasa kecewa dan sedih karena usaha dan pengorbanan kita tidak dihargai oleh istri yang tercinta.
6.      Tidak perlu membicarakan kesalahan suami secara blak-blakkan. Sebagai manusia biasa seperti kita, sang suami juga tentu saja tidak luput dari berbagai kesalahan. Apabila istri menemukan kesalahan yang dilakukan oleh suami misalnya suami terlambat menjemput istri dari suatu majelis, istri tidak harus memarahi suami karena keterlambatannya, melainkan bisa dengan cara menanyakan ia dari mana dan membicarakan hal-hal lainnya dulu tanpa harus menjurus langsung pada kesalahannya.
7.      Menuturkan kata-kata yang lembut dan cerdik kepada suami untuk menyetujui pendapat istri. Bahkan bagi penyelarasan pendapatnya dalam beberapa hal. Firman Allah SWT: “Dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik” (Q.S. An-Nahl: 125). Apabila suami krang setuju dengan pendapat istri, istri dapat menolak pendapat suami dengan membujuk suami secara lembut dan memuji-muji bahwa ia adalah suami yang penuh  pengertian, baik hati dan sebagainya. Sebab, jika istri membantah pendapat suami dengan amarah, ditakutkan akan menimbulkan percecokan bahkan bertengkar dan sebagainya.
3.2.3 Adab berbicara seorang istri dalam menciptakan suasana rumah tenang dan damai
     Ketahuilah wahai para istri bahwa istri mampu menciptakan rumah menjadi tempat yang tenang dan damai, sebagai tempat berteduh suami dan anak-anaknya, salah satunya tidak menyambut kedatangan suami dengan membicarakan  setumpuk keluhan tentang anak-anak maupun kelelahan pekerjaan di rumah. (Sayyid Al- Iraqi: 2007).
     Berbicara lemah lembut dalam melayani suami dan mendidik anak sangat penting bagi peran seorang istri dalam menciptakan kenyamanan dan kedamaian rumah. Apabila istri tidak dapat menanamkan suara lemah lembut dalam hal seperti ini, misalnya selalu membentak dan berteriak ketika mendidik anak, selalu memarahi suami karena terlambat pulang dan sebagainya, bisa menimbulkan pertikaian dalam rumah tangga, dan suasana rumah tidak tenang dapat menimbulkan kejenuhan bagi anak maupun suami, sehingga mereka akan merasa tidak betah berlama-lama di dalam rumah. Tetapi, alangkah indahnya jika istri senantiasa menerapkan adab berbicara yang dapat menumbuhkan rasa nyaman pada anak dan suami untuk selalu berada di sisi rumah tangga tersebut.

3.2.4 Sifat-Sifat Istri dalam Hal Berbicara yang Disukai Suami.
Ada beberapa sifat istri yang disukai suaminya, dalam hal ini khusus tentang sifat atau tabiatnya ketika berbicara, antara lain sebagai berikut:
1.      Tidak pernah membentak apabila membantah suami.
2.      Selalu berkata jujur, tidak suka berbohong.
3.      Tidak suka marah dan emosi.
4.      Tidak suka merendahkan atau mencemo’oh orang lain.
5.      Tidak pernah segan menanyakan kesalahannya, segera mengakui kesalahan itu serta menjelaskan sebab-sebabnya,
6.      Tidak pernah menceritakan segala kekurangan suami akan tetapi selalu berusaha menceritakan yang baik-baik saja.
7.      Diam ketika suami hendak berbicara, memberikan kesempatan serta mendengarkannya. Suami akan merasa bahwa istrinya memperhatikan pembicaraannya.
8.      Tidak suka menyanjung laki-laki lain dihadapan suami selain menyanjung suaminya, karena yang demikian itu dapat menimbulkan rasa cemburu dan mengundang masalah, bahkan suami dapat berpaling dari sitrinya.
9.      Sedikit berbicara, karena berbicara itu ibarat perak dan diam itu ibarat emas.
10.  Tidak pernah membuang-buang waktu dengan kegiatan menghasut dan menyumpah orang lain.
11.  Selalu bermusyawarah dengan suami dalam urusan kecil maupun besar, menanamkan kepercayaannya serta menghargai pendapat suami.
12.  Selalu berbicara yang menjaga perasaan suami atau menghindari ucapan yang dapat menyinggung suami.
13.  Bila mendapat bingkisan dari suami, istri pandai berterimakasih dan memperlihatkan rasa genbira yang terdorong oleh rasa cinta kepadanya.
14.  Rajin menyampaikan pendapat kepada suami.
15.  Rajin melontarkan kata-kata manis dan berdaya emotif yang khas. Setiap kali kata-kata itu dilontarkan, ia akan menjadi kunci hati dan perekat cinta suami kepada istri.
16.  Senantiasa menghibur waktu senggang suami dengan tingkah atau kata-kata yang menarik.
17.  Tidak bersikeras ketika berdialog atau berdiskusi bersama suami. Selalu menghindari perkataan yang dapat menimbulkan perdebatan dan penyampaian pendapat yang terus-menerus.
18.  Tidak berteriak-teriak dalam keadaan tertentu.
19.  Tidak suka memarahi suami karena suami tidak ada di rumah, akan tetapi mengerti persaannya dengan sabar menunggu karena rindu dan hormat kepadanya.

3.2.5 Adab Berbicara dalam Mendidik Anak
Selain menemani dan melayani suaminya, istri masih memiliki peran penting lagi, yaitu mendidik anak-anaknya. Tentu saja ketika mendidik, diperlukan aspek berbicara.
Hal ini dapat diperhatikan betapa eloknya kata-kata Nabiyang beliau ucapkan secara jelas dan terang tanpa terbelit-belit yang kemudian diperhatikan secarah penuh oleh anak. Beliau awali pembicaraan beliau dengan kata, “Nak!” (Ya Ghulam!). Hal ini dapat membangkitkan perhatian anak serta membuatnya merasa mendapat perhatian dari orang lain, sama seperti bila anak muda mendengar panggilan “Wahai anak muda!”.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bahwa ia berkata, “Nabi pernah berkata kepadaku,, “Wahai anakku sayang, jika engkau mampu berada di waktu pagi dan petang hari sementara di dalam hatimu tidak terdapat kecurangan (khianat) kepada seorang pun, maka lakukanlah. Sebab, yang demikian itu adalah bagian dari sunnahku. Siapa yang menghidupkan sunnahku berarti menghidupkanku, dan siap yang menghidupkanku maka kelak ia akan bersamaku di dalam surga.”
Di sini Nabi Muhammad SAW menggunakan ungkapan “Wahai anakku sayang” (ya bunayya). Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan perasaan anak, menarik perhatiannya serta membangunkan kesadarannya agar mendengarkan hadist yang disampaikan oleh beliau. Nabi menyusun secara urut informasi-informasi yang beliau sampaikan agar mudah dihafalkan oleh si anak. Beliau juga membuat mata rantai dalam berbicara agar mudah dipahami oleh anak. Di samping itu beliau mengatakannya dalam nuansa penuh kehangatan dengan kata-kata “wahai anakku sayang”.
   Demikianlah keelokan Rasulullah yang dapat diikuti oleh seorang istri  dalam hal mendidik putera-puterinya.





BAB IV
PENUTUP

4.1. Simpulan
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, kelembutan, kesantunan, serta kepandaian istri dalam menyesuaikan pembicaraan serta memilih dan memilah kata-kata dengan situasi dan kondisi yang dialami suami maupun anaknya. Menerapkan perilaku dan tutur kata yang syar’i dan berbicara dengan penuh cinta agar suami dan anak senantiasa rindu dan betah berada di dalam rumah, serta mendidik anak-anak berbicara seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap anak-anak beliau.  Seperti itulah adab berbicara seorang istri dalam pandangan Islam.

4.2 Saran dan Harapan
 Bagi para wanita muslimah, marilah kita sama-sama mempersiapkan dan  menerapkan hal-hal yang telah diuraikan di atas dalam kehidupan kita. Bagi saudari-saudariku yang sedang  menempuh kehidupan rumah tangga,  semoga makalah ini dapat bermanfaat, dan bagi saudariku yang belum mendapat gelar seorang istri, mari kita sama-sama mempersiapkan peran kita dalam hal menanamkan dan memelihara  sopan santun dan menjadi pribadi yang penuh cinta.



DAFTAR PUSTAKA

Al Hiyali, Ra’d Kamil Musthafa.2001. Az-Zuwaaj Al Islami As-Said, Al Jumhuriah: Mosul-Irak.
Al-Iraqi, Sayyid.2007. 1000 Kunci Kebahagiaan, Bandung: Pustaka Setia.
Anonim. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Sygma Exsamedia Arkanleema
Isyik, Husyein Hilmi.2002. Sosok Muslim dalam Pandangan Islam, Putra Pelajar: Surabaya.
Ruvandi.2005. Seni Berkeluarga Islami, Yogyakarta: Bina Media.
Sadikin, Muhammad. 2010. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Bekasi: Laskar Aksara.
Suwaid, Muhammad. Tips Mendidik Anak Ala Nabi, Solo: Pustaka Arafah.
Syammakh, Amir. 2008. Washiyyatun fi Mahabbatin an-Nas wa Kasbi Waddihim, Insan Kamil: Gonilan.
Ustad Labib, Mz dan Dra. Muflihah. 2004. Fiqih Wanita Muslimah. Surabaya: Tiga Dua.
Wasbi, Hadi Hasan.1999. Di bawah Naungan Cinta, Pustaka Azzam: Jakarta.


0 komentar:

Posting Komentar